jangan babisabisa mun kada tahu


Rabu, 10 Agustus 2011

ARUH SASTRA


Oleh Harie Insani Putra

ARANGKALI aruh sastra kembali asyik diperbincangkan, khususnya oleh para pelaku, penikmat dan pemerhati sastra di Kalsel. Lewat tulisan ini, saya nekat untuk menebak-nebak perbincangan apa saja yang sedang terjadi. O, ya. Namanya tebak-tebakan, maka tak menjamin kebenarannya.
Pertama, seputar agenda lomba Aruh Sastra. Saya yakin, lebih dari 500 orang saat ini di Kalsel sedang berdarah-darah menyiapkan naskah untuk diikutkan dalam agenda lomba Aruh Sastra. Entah itu berupa cerpen, puisi, cerita rakyat, atau sibuk latihan untuk lomba gelar sastra. Nah, pentingkah mengikuti lomba ini? Kita teruskan saja ke pertanyaan berikutnya. Andai tidak ada agenda lomba, apa yang terjadi dengan Aruh Sastra? Pertanyaan di atas tidak perlu buru-buru dicarikan jawabannya. Barangkali saya pun tak perlu menjawabnya pula.
Masih ada pertanyaan lagi yakni, melihat deretan panjang Aruh Sastra pertama hingga kini, maka apa yang sudah tercapai, dicapai dan ingin mencapai apa Aruh Sastra? Apakah sederet pertanyaan di atas juga masuk ke dalam bilik-bilik diskusi anda? Jangan-jangan tak ada yang mendiskusikannya!
Sampai detik ini, tentunya kita terus berharap perkembangan sastra di Kalsel terus menanjak. Untuk menilai berapa persen tanjakan yang telah dicapai memang perlu ekstra waktu untuk mengkajinya. Apakah ada yang merosot, terus menanjak naik, ataukah masih berdiri ditanjakan yang sama?
Dengan dilaksanakannya Aruh Sastra tahun ini, berarti event besar itu masih bertahan. Ini sebuah prestasi. Mundur atau majunya pelaksanaan Aruh Sastra dari tahun ke tahun, masing-masing pesertalah yang bisa menilai. Pastinya, saya berusaha memahami bahwa mustahil jika kemajuan sastra Kalsel justru menjadi tanggung jawab Aruh Sastra semata. Aruh Sastra hanyalah bagian dari akumulasi perkembangan sastra Kalsel itu sendiri. Masih banyak event sastra lain yang seharusnya tetap dipertahankan, atau justru menambah agenda baru.
Jika membandingkan nama-nama penulis karya sastra di koran selama ini dengan peserta lomba Aruh Sastra, lalu mempertanyakan kemana para peserta lomba itu sekarang karena tidak terlihat namanya di koran, bagi saya adalah kasuistis. Artinya, motivasi setiap orang berbeda. Ada yang bersastra demi lomba, ada yang tanpa lomba tapi mereka tetap bersastra, pun ada pula yang berlomba demi sastra. Gejala ini lazim terjadi dimana-mana. Meski begitu, tak ada salahnya berharap kepada mereka untuk meramaikan penulisan sastra di Kalsel dengan mempublikasikannya di koran. Itu jika mereka mau.
Saya setuju jika lomba adalah bagian motor penggerak iklim bersastra di Kalsel. Siapa pun yang melaksanakannya, saya anggap penting. Sampai di sini, Aruh Sastra sudah berusaha menangkap semangat itu. Hanya saja bagaimana melaksanakannya, itulah barangkali pokok persoalan yang perlu dicermati dengan serius. Alangkah sayangnya jika gawe besar justru hasil yang dicapai sangat kecil. Manajemen Event Organizer (EO) wajib diterapkan. Sekadar contoh, kasus sederhana adalah; aneh apabila panitia pelaksana tidak bisa menunjukkan tempat buang air kecil saat peserta ada yang membutuhkannya. Koordinasi merupakan bagian manajemen EO yang sering kedodoran. Tidak hanya dalam Aruh Sastra, tapi juga event lainnya di luar sastra. Akibatnya adalah, tak harus disebut gagal, tapi hasilnya tak maksimal. Bagi Aruh Sastra sendiri, dampak terburuk adalah, menurunnya kepercayaan orang terhadap kredibilitas Aruh Sastra itu sendiri.
Bagi saya, Aruh Sastra tak ubahnya sebuah nama. Pemilik nama itulah yang akhirnya menentukan ingin dinilai sebagai apa. Baik atau buruk, tergantung pelaksananya.
Jika pelaksananya bertekad mensukseskan Aruh Sastra dengan manajemen terbaik, koordinasi yang terpola, strategi yang jitu, maka perkembangan Aruh Sastra sudah tentu memberikan andil sangat penting untuk perkembangan sastra Kalsel. Itulah barangkali yang ingin dicapai. Setiap orang akan mengingatnya dengan baik bahwa Aruh Sastra itu teramatlah sayang untuk dilewatkan, sangatlah rugi jika tak diikuti. Sampai berjumpa di Aruh Sastra ke-8 di Barabai, HST (16-19 September 2011) mendatang. []

Tidak ada komentar: