jangan babisabisa mun kada tahu


Rabu, 10 Agustus 2011

GAGASAN BESAR ARUH SASTRA YANG BERSERAKAN


Oleh: Ali Syamsuddin Arsi

Aruh Sastra Kalimantan Selatan yang berlangsung sejak tahun 2004 di Kandangan, kemudian terus bergulir sampai sekian tahun, merupakan agenda sastra yang patut mendapat perhatian bagi masyarakat sastra dan masyarakat di luar sastra.

Aruh Sastra itu sendiri tidak dapat lepas dari peran beberapa nama yang merupakan tokoh-tokoh pencetus/penggagas, keberlangsungan agenda dari tahun ke tahun. Burhanuddin Soebly boleh jadi sebagai pemicu awal keberlangsungan agenda aruh dengan agenda dasarnya pada tahun 2004 itu melaunching buku “La Ventre de Kandangan”, buku yang merupakan mozaik perjalanan panjang kesastraan tokoh dan karyanya warga Kandangan.

Secara tidak terduga, saudara Abdul Karim “Oka Mihardja” memberanikan diri –atas nama Pemerintah Kab. Tanah Bumbu- menyambut pelaksanaan Aruh tersebut di wilayah Kab. Tanah Bumbu, maka berlangsunglah Aruh Sastra II di kota Pagatan yang masuk agenda penanggalan Mappanre Tasi.

Selanjutnya Eko Suryadi WS membuka peluang agar Kotabaru siap sebagai ‘tuan rumah aruh sastra’ selanjutnya. Sebagaian rekan memberikan respon, memberikan apresiasi kuat bahwa pelaksanaan Aruh Sastra III di Kotabaru sebagai ‘standar’ dari segi kemeriahan dan segala pernik-perniknya. Tokoh kuat yang berada di balik layar pelaksanaan agenda tersebut dengan terlibatnya Y.S. Agus Suseno, Micky Hidayat serta Burhanuddin Soebly sendiri.

Aruh Sastra merupakan bukti keberpihakan Pemerintah Kabupaten lewat Dinas Pariwisata dan Budaya (HSS, Tanah Bumbu, Kotabaru, HSU, Balangan, Barito Kuala, Tabalong dan HST), selanjutnya pada pelaksanaan aruh yang akan datang belum dapat ditentukan, tetapi tentu saja kita berharap sama dengan yang sudah terjadi. Semoga. Peduli dan keberpihakan itu tetaplah diperlukan. Pun tidak kalah pentingnya peran dari Dewan Kesenian di masing-masing Kabupaten pelaksana.

Selain pembicara/pemakalah dari Kalsel sendiri ternyata Aruh Sastra Kalimantan Selatan telah pula menghadirkan beberapa sastrawan dari luar Kalsel, mereka adalah D. Zawawi Imron semula datang di Kandangan pada Aruh Sastra I. Kemudian bersama Sutardji Calzoum Bakhri, D. Zawawi Imron bertandang pula di Kotabaru pada Aruh Sastra III. Korie Rayun Rampan pada aruh di Amuntai. Maman S. Mahayana di Balangan, Abdul Hadi WM di Marabahan. Raudal Tanjung Banua di Tanjung. Kemudian Dimas Arika Miharja (Dr. Sudarjono, M.Pd) dari Jambi dan Akhmad Subhanudin Alwi dari Cirebon yang telah menyatakan siap hadir di Barabai (Aruh Sastra VIII tanggal 16 – 19 September 2011 ini).

Di sini menjadi penting untuk mendokumentasikan hal-hal yang berkenaan dengan Aruh Sastra, untuk membuka pemikiran tentang pernak-pernik Aruh Sastra Kalimantan Selatan ini, seperti dalam bentuk buku. Semoga gagasan pendokumentasian ini mampu memberikan inspirasi kepada pihak lain agar apa siapa bagaimana dan mau dibawa kemana Aruh Sastra itu sebenarnya. Sebaiknya ada yang memulai mengumpulkan kembali kertas kerja dari seluruh pembicara, termasuk di dalamnya keputusan-keputusan hasil musyawarah para sastrawan yang tertuang dalam bentuk rekomendasi di setiap akhir agenda aruh. Rekomendasi itu perlu dievaluasi tingkat capaian pelaksanaannya, seberapa jauh kekuatan serta daya dorongnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan kehidupan sastra dan kebersastraannya para pelaku, peminat dan pemerhati sastra di Kalimantan Selatan.

Dari 13 Kabupaten dan Kota, bila telah selesai bergulir di tahap pertama ini, maka adalah penting dirancang secara bersama-sama agar tahap kedua bergulir kembali karena dengan Aruh Sastra ini posisi sastra-kesastraan serta sastrawan Kalimantan Selatan dapat melanjutkan ‘napas kreatif’-nya, walau bukan bersifat mutlak adanya.

*) Ketua Sanggar Sastra Satu Satu Banjarbaru, Pengelola TOSI: Taman Olah Sastra Indonesia.

**) Dimuat HU Radar Banjarmasin, 6 Agustus 2011: 3

Tidak ada komentar: